Green Carbon
Permasalahan
lingkungan yang terjadi pada saat ini adalah pemanasan global. Terjadi adanya
perubahan suhu secara global dari tahun 1850-1899 sampai dengan tahun 2001-2005
dengan kenaikan suhu hingga mencapai 0,76°C dan naiknya permukaan air laut
rata-rata global yakni 1,80 mm/tahun dalam kurun waktu pada tahun 1961-2003
(Surmaini et al., 2011). Sedangkan dampak yang terlihat di Indonesia yaitu
dengan mencairnya es di puncak Jaya Wijaya yang berada pada ketinggian diatas 4000
m dpl (Chanan, 2011).Pemanasan
global disebabkan adanya peningkatan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfir.
Karbondioksida (CO²) merupakan salah satu gas rumah kaca yang paling penting
selain belerang dioksida, nitrogen monoksida (NO), nitrogen dioksida (NO²), gas
metana dan klorofluorokarbon (Suarsana dan Putu, 2011). Karbondioksida
merupakan penyebab yang paling dominan terhadap adanya perubahan iklim dan
konsentrasinya di atmosfir naik dari masa pra-industri yakni 278 ppm
(parts-permillion) menjadi 379 ppm pada tahun 2005 (Jamilatun, 2010). Terjadinya kenaikan konsentrasi
karbondioksisa disebabkan oleh pembakaran bahan bakar fosil, batubara dan bahan
bakar organik.
Permasahan
pemanasan global menggerakan dunia internasional dalam membentuk sebuah gerakan
sebagai upaya mengurangi konsentrasi gas rumah kaca. Konferensi tersebut
dilaksanakan di Rio de Janerio, Brazil pada tahun 1992. Kemudian pertemuan pada
Tahun 1997 di Kyoto menghasilkan komitmen dalam mengurangi emisi gas rumah kaca
sebesar 5,2% dari emisi gas rumah kaca
tahun 1990 dan hal tersebut dikehendaki untuk dicapai pada periode tahun
2008-2012 (Budiastuti, 2010). Upaya tersebut dikenal dengan sebutan perjanjian
protokol Kyoto.
Pengurangan emisi gas
rumah kaca dapat dilakukan dengan bantuan tumbuhan. Melalui proses fotosintesis
yakni karbondioksida yang berada di atmosfir diserap oleh tumbuhan menjadi
karbon organik dalam bentuk biomassa (Ulumuddin et al., 2005). Penimbunan tersebut dinamakan sebagai proses
sekuestrasi, sehingga dapat mengukur jumlah karbon yang tersimpan dalam
biomassa tanaman (Fauzi, 2011). Trembesi merupakan tumbuhan yang memiliki
kemampuan menyerap karbondioksida terbesar yakni 28,5 ton/tahun (Sariri, 2011).
Sehingga salah satu upaya dalam menurunkan emisi gas rumah kaca yakni
diperlukannya banyak tumbuhan. Adanya vegetasi tumbuhan pada ruang terbuka
hijau sangat berpotensi dalam mengurangi karbondioksida. Taman kota merupakan
salah satu lahan terbuka hijau yang berperan sebagai penyerap karbondioksida.
Jakarta merupakan salah satu kota di Indonesia yang memiliki taman kota.
Jakarta terbagi menjadi enam wilayah yakni Jakarta Pusat, Jakarta Utara,
Jakarta Barat, Jakarta Timur, Jakarta Selatan dan Kepulauan Seribu. Menurut
data BPS (2013) pada tahun 2010 jumlah
taman kota yang terdapat di seluruh wilayah Jakarta yaitu sebanyak 837
tempat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar